Wednesday, August 08, 2012

All About Perjalanan Dinas

Berdasarkan temuan BPK pada audit keuangan tahun ini, temuan yang menggemparkan adalah banyaknya terjadi praktek manipulasi perjalanan dinas. Ini memperlihatkan bagaimana moral bangsa ini, khususnya moral pegawai negaranya.
Berdasarkan pengalaman dan data yang pernah saya dapat, perjalanan dinas sering disalahgunakan. Misal, kegiatan yang seharusnya bisa dilakukan langsung dari kantor via email atau telefon dibuat-buat sehingga harus melakukan perjalanan dinas. Atau kegiatan yang bisa dilakukan dalam waktu sehari tapi SPPDnya dibuat 3 hari. G ada salahnya si kasus yang satu ini, cuma inefisiensi anggaran saja. Belum termasuk manipulasi yang menjurus ke kriminal (gw pikir). 
Dalam perjalanan dinas terdapat 3 komponen penting : hotel, tiket dan uang harian. Dan dari ketiganya semua memiliki celah untuk dijadikan lahan  bisnis. Uang harian menurut saya adalah tambahan pemasukan yang signifikan yang mampu menambah pundi2 tabungan kita melonjak drastis. G heran, banyak biro yang menjadikan SPPD sebagai isu sensitif. SPPD itu seperti perlombaan, siapa dapat banyak itu yang paling hebat. Begitulah kenyataannya.
Tiket pesawat. Menurut saya, memanipulasi tiket ini sudah masuk dalam stadium profesional. Memalsukan tiket harus punya jaringan kuat antara agen perjalanan, pihak maskapai dan pegawainya. Jadi menurut saya, pegawai yang bisa memanipulasi tiket adalah pegawai yang sudah memiliki niat buruk dan masuk kategori pegawai korup. 
Hotel. Berdasarkan peneltian yang baru saya lakukan (browsing doang). Klaim hotel masih memiliki aturan yang abu-abu. Tapi bagi saya aturan adalah aturan, melanggarnya tetap saja salah. Contoh yang sering terjadi adalah kasus men-split kwitansi hotel. Jadi misal ada hotel dengan tarif 900 ribu, sedangkan SBU hanya di tarif 500. Nah, supaya bisa merasakan hotel yang mewah dan nyaman, pegawai sering mensplit kwitansi dengan mengaku menginap di dua kamar (karena masing2 orang punya kwitansi sendiri2) padahal hanya 1 kamar yang dipesan (kwitansinya akan tertulis 450.000/orang; masih masuk SBU). Meskipun banyak orang beranggapan hal itu tidak melanggar aturan karena kita mengklaim sesuai apa yang kita bayar dan masih masuk SBU, bagi saya ini tetap salah. Karena mereka menginap dihotel yang tarifnya diluar SBU dan membuat kwitansi yang harusnya 1 jadi 2. Beda kasus jika memang sudah tidak ada hotel masuk dalam tarif SBU. Intinya, kita harus bisa memilah-milah kasus perkasus, tidak bisa disama ratakan. Dan sekali lagi kejadian diatas menunjukan seorang pegawai yang memanfaatkan celah abu2 sebuah peraturan untuk kepentingan dirinya. Dan menurut saya sekali lagi itu tidak benar, karena mengutamakan kepentingan pribadi diatas kepentingan umum.
Soo......untuk para pegawai negara, tak sewajarnya anda bangga pernah kemana-mana dengan uang negara. Tak sewajarnya anda pamer merasa hebat pernah keliling indonesia bahkan dunia atas biaya negara yang sebenarnya tujuan perjalanan itu tidak jelas dan dipaksakan. Intinya sadar diri kita ini "kacung" bangsa dan tahanlah hawa nafsumu apalagi nafsu tamakmu akan materi duniawi. Kembali ke kitab suci kita masing-masing, setiap perilaku di dunia ini akan ada balasannya diakhir nanti. Jadi buat apa bangga akan duniawi yang diambil dengan jalan yang "mungkin" tidak benar....atau "mungkin" dianggap benar.....atau "mungkin" dibenar-benarkan.
Wallahualam bi sawab (efek ramadan)

sincenerely yours

rizkia

No comments: